Two-Tier vs Three-Tier Architecture: Memahami Perbedaan dan Kelebihannya

 

Hallo gaiss!!! namaku Rizky Azis salam hangat untuk pembaca setiaaa🙌

Dalam era digital yang terus berkembang, desain arsitektur aplikasi menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan sistem yang efisien, scalable, dan mudah dikelola. Dua pendekatan yang paling sering digunakan dalam pengembangan perangkat lunak adalah two-tier architecture dan three-tier architecture. Meskipun terdengar serupa, kedua arsitektur ini memiliki perbedaan mendasar yang dapat memengaruhi performa dan skalabilitas aplikasi Anda.

Melalui tugas ini, kita akan menjelajahi secara mendalam perbedaan antara two-tier dan three-tier architecture, serta mengungkap kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan. Dengan memahami konsep ini, Anda akan dapat memilih arsitektur yang paling sesuai dengan kebutuhan aplikasi atau bisnis Anda, sehingga menghasilkan sistem yang lebih optimal dan efektif. Mari kita simak gaiss hehehe.

 

1.      Two-Tier Architecture

Two-Tier architecture adalah model arsitektur yang paling sederhana. Dalam arsitektur ini, aplikasi dibagi menjadi dua lapisan utama:

- Lapisan Presentasi (Presentation Layer)            : Ini adalah lapisan di mana pengguna berinteraksi dengan aplikasi, biasanya berupa antarmuka pengguna (user interface). Misalnya, aplikasi desktop atau aplikasi web yang dijalankan pada browser.

- Lapisan Data (Data Layer) : Di sini, semua data yang dibutuhkan oleh aplikasi disimpan dan diambil, biasanya di server database.

Dalam Two-Tier architecture, lapisan presentasi terhubung langsung ke lapisan data. Komunikasi antara kedua lapisan ini biasanya terjadi melalui protokol seperti SQL. Aplikasi desktop tradisional sering menggunakan arsitektur dua lapis ini.

Kelebihan Two Tier:

- Sederhana        : Arsitekturnya mudah dipahami dan diimplementasikan.

- Kecepatan        : Karena interaksi terjadi langsung antara klien dan server, latensi bisa lebih rendah.

Kekurangan Two Tier:

- Pemeliharaan sulit       : Karena logika bisnis disertakan di lapisan presentasi, perubahan dalam bisnis memerlukan banyak perubahan di sisi klien.

- Kurang skalabilitas      : Tidak efisien untuk aplikasi dengan banyak pengguna atau volume data yang besar.

 


2.      Three-Tier Architecture

Three-tier architecture adalah perpanjangan dari arsitektur dua lapis dengan penambahan lapisan logika bisnis (business logic layer) di antara lapisan presentasi dan lapisan data. Lapisan-lapisan ini meliputi:

- Lapisan Presentasi (Presentation Layer): Tempat pengguna berinteraksi dengan aplikasi (UI).

- Lapisan Logika Bisnis (Business Logic Layer): Lapisan ini memproses data yang datang dari lapisan presentasi dan menerapkan logika bisnis sebelum berkomunikasi dengan lapisan data. Biasanya ini berada di server aplikasi atau backend.

- Lapisan Data (Data Layer): Tempat penyimpanan dan pengelolaan data, seperti basis data.

Arsitektur tiga lapis sering digunakan dalam aplikasi web modern di mana pemrosesan dilakukan oleh server aplikasi sebelum dihubungkan ke server database.

Kelebihan:

- Pemeliharaan lebih mudah: Setiap lapisan dapat dimodifikasi tanpa mempengaruhi lapisan lain secara signifikan.

- Skalabilitas: Lebih cocok untuk aplikasi dengan banyak pengguna atau permintaan yang kompleks karena dapat didistribusikan di berbagai server.

Kekurangan:

- Lebih kompleks       : Implementasinya lebih rumit dibandingkan dengan arsitektur dua lapis.

- Latensi lebih tinggi : Ada komunikasi lebih banyak antar server, yang bisa menambah latensi.

 

Kapan Menggunakan Two-Tier dan Three-Tier Architecture?**

- Two-tier architecture ideal untuk aplikasi skala kecil atau desktop dengan sedikit pengguna dan data yang tidak terlalu kompleks. Contohnya adalah aplikasi point-of-sale (POS) di restoran atau toko.

- Three-tier architecture lebih cocok untuk aplikasi skala besar seperti aplikasi web atau mobile yang melayani ribuan pengguna sekaligus. Contoh yang umum adalah aplikasi e-commerce, sistem manajemen keuangan, atau aplikasi enterprise lainnya.

 

Berikut adalah diagram yang menunjukkan perbedaan antara two-tier architecture dan three-tier architecture

Pada diagram sebelah kiri, terlihat bahwa  two-tier architecture memiliki hubungan langsung antara Client (lapisan presentasi) dan Database (lapisan data). Sementara itu, pada diagram sebelah kanan, three-tier architecture menunjukkan Client yang terhubung dengan Application Server (lapisan logika bisnis), yang kemudian terhubung ke Database.

Setelah membahas secara rinci perbedaan antara two-tier dan three-tier architecture, kita dapat menyimpulkan bahwa setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan yang spesifik. Two-tier architecture menawarkan kesederhanaan dan cocok untuk aplikasi kecil dengan sedikit pengguna, sementara Three-tier architecture memberikan fleksibilitas dan skalabilitas yang lebih tinggi untuk sistem yang lebih kompleks dan membutuhkan pemrosesan data yang intensif.

Pemilihan arsitektur yang tepat sangat bergantung pada kebutuhan bisnis dan skala aplikasi yang sedang dibangun. Dengan pemahaman yang baik tentang perbedaan dan keuntungan masing-masing arsitektur, Anda dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalam merancang sistem yang efisien dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Pada akhirnya, tujuan dari kedua arsitektur ini adalah menciptakan aplikasi yang tidak hanya fungsional, tetapi juga dapat diandalkan dan mudah dikelola. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang jelas dan membantu Anda dalam menentukan arsitektur yang paling sesuai untuk proyek Anda! Salam Hangat guys.


Nama   : Muhammad Rizky Azis

Nim     : 225440025

Tugas Membuat Blog 2 Matkul Sistem Pendukung Keputusan

Komentar

Postingan Populer